Menulis Dialog Menurut Teks Cerita
Dialog ialah aktivitas berkomunikasi secara eksklusif antara dua atau tiga orang. Dialog juga disebut percakapan. Dialog dapat dibentuk secara pribadi dengan langkah-langkah berikut.
1. Menentukan topik percakapan, yakni hal yang dibahas dalam percakapan.
2. Menentukan tokoh-tokoh dalam percakapan
3. Menulis percakapan dengan ejaan dan tanda baca yang benar
Dialog juga mampu dibuat menurut sebuah teks kisah. Ketika membuat percakapan berdasarkan suatu kisah, percakapan yang kalian buat dihentikan menyimpang dari isi cerita. Berikut ini merupakan pola percakapan yang dibuat menurut teks kisah.
(Baca juga: Cara Praktis Mengarang Cerita, Kamu Pasti Bisa)
Contoh Menulis Dialog Berdasarkan Teks Cerita
Bacalah serpihan cerita berikut!
Anggit sebentar lagi akan mendapatkan rapor. Hal itu berarti duit simpanan di kelas juga akan diberikan. Anggit membayangkan akan memiliki duit yang banyak. Ia bermaksud berbelanja sepatu dan tas gres. Ia akan membelinya di toko sebelah sekolahnya. Pada dikala beliau bengong membayangkan uang tabungan, dia dikagetkan oleh ibunya. Ibunya menanyakan mengapa Anggit termangu.
Berdasarkan belahan kisah di atas kalian dapat menciptakan teks percakapan selaku berikut!
Ibu Anggit : “Melamunkan apa Anggit?”
Anggit : “Eh, Ibu. Enggak, Anggit hanya tak tabah mengambil duit tabungan.”
Ibu Anggit : “Memangnya kapan kau mengambil tabunganmu?”
Anggit : “Kalau tak ada perubahan, nanti sesudah pembagian rapor peningkatan kelas, Bu.”
Ibu Anggit : “Lho, bukannya tak sabar menanti hasil rapor, malah tak tabah menanti uang simpanan.”
Anggit : “Ya, kalau rapor, Anggit juga lebih tak tabah menanti. Tetapi saya telah ingin punya tas dan sepatu gres.”
Ibu Anggit : “Makara, duit tabunganmu akan kamu gunakan membeli sepatu dan tas?”
Anggit : “Betul, Bu!”
(Baca juga : Langkah Praktis Membuat Laporan)
Contoh Lain Menulis Dialog Berdasarkan Teks Cerita
Bacalah kepingan kisah berikut!
"Ketika usiamu menginjak 12 tahun engkau boleh bersepeda ke sekolah," kata Mama sebuah hari.
"Kenapa mesti menanti usia 12 tahun?" aku mengajukan pertanyaan dengan kesal.
"Tubuhmu kecil Nita. Kalau bersepeda pada usia 10 tahun, saya khawatir akan keselamatanmu. Kendaraan yang begitu padat selalu menghantuiku."
Akhirnya aku memaklumi kegelisahan mama.
Penggalan dongeng di atas mampu ditulis menjadi teks percakapan selaku berikut!
Mama : “Ketika usiamu menginjak 12 tahun engkau boleh bersepeda ke sekolah.”
Nita : “Kenapa harus menunggu usia 12 tahun?”
Mama : “Tubuhmu kecil Nita. Kalau engkau bersepeda pada usia 10 tahun, aku cemas akan keselamatanmu. Kendaraan yang begitu padat senantiasa menghantuiku.”
Nita : “Iya, Ma, Nita memahami. Nita mesti bersabar hingga usia Nita 12 tahun.
(Baca juga: Drama Komedi Tiga Tokoh, Sangat Lucu)
Latihan Soal Menulis Dialog Berdasarkan Teks Cerita
Buatlah teks percakapan menurut pecahan dongeng berikut!
1. Amir menghampiri Rizal yang sedang makan soto di kantin. Amir mengatakan kepada Rizal bahwa nanti sore dia akan pergi ke rumah Rizal untuk melakukan PR Bahasa Indonesia. Rizal pun menyetujui dan akan menunggu Amir pada pukul 15.30.
2. Roby sedang duduk-duduk di bawah pohon mangga. Tiba-tiba, datang temannya yang bernama Aris. Aris mengajak Roby untuk memancing di sungai. Roby mengaku tidak mempunyai pancing. Namun, Aris membawa dua buah pancing. Makara, mereka berangkat memancing ke sungai.
3. “Sebaiknya hari ini kita menyelenggarakan penyeleksian ketua kelas,” Annas mengajukan usulnya di tengah kerumunan sobat-temannya.
“Aku baiklah,” dukung Yunan.
“Apa alasanmu, Yun?” kejar Budi.
“Ya, jika hari ini kita sudah memiliki ketua kelas, semua gampang diatur, bukan? Mulai besok kita juga sudah mampu berguru,” jawab Yunan.”
“Belum tentu. Kita kan belum punya anutan mata pelajaran,” sanggah Totok.
“Kalau saya boleh undangan, pemilihan ketua kelas diselenggarakan sehabis kita lengkap,” kata Budi.
“Kenapa harus begitu?” kejar Irwan.
“Semua jadi puas. Lagi pula kita siap memilih calon-calonnya lebih dulu,” jawab Budi.
4. Shasa pulang dari minimarket. Sebelumnya, dia disuruh ibunya berbelanja merica halus di minimarket.
“Merica halusnya tidak ada, Ma,” lapor Shasa.
Mama mengerutkan kening.
“Benar tidak ada?” tanya Mama memastikan.
“Benar,” Shasa mengangguk yakin. “Tuh, tanya saja Papa jikalau tidak percaya,” katanya lagi.
“Iya, tadi Papa lihat di rak daerah bumbu-bumbu tidak ada merica halus,” Papa mengiyakan.
Mama tampak berpikir.
“Coba Shasa ceritakan, yang ada di rak bumbu-bumbu itu apa saja?” tanya Mama.
(Baca juga: Kumpulan Soal Mencari Ide Pokok Paragraf Lengkap Disertai Penjelasan)